Kamis, 17 Januari 2013

Ramai Ramai Salahkan Jokowi

Beberapa hari terakhir ini mata saya tertuju pada apa yang terjadi di Jakarta, ibukota negera kita tercinta, Indonesia. Kota yang menjadi ikonnya Indonesia ini kembali dikepung banjir. Juga seperti tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini hanya akan menyisakan penderitaan bagi warga yang mengalaminya. Konon banjir pada bulan Januari 2013 ini merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Hampir 1/2 kota jakarta terendam, dengan ketinggian air di beberapa tempat bahkan mencapai 3 meter.

Jokowi meninjau banir di Jakarta dengan gerobak (Sumber)

Dunia maya pun menjadi gempar, saling lempar kesalahan pun mewarnai komentar warga dalam setiap berita mengenai banjir Jakarta yang muncul di duina maya. Ada yang menyalahkan Fauzy Bowo atau Foke (Mantan Gubernur DKI) sebagai penyebab bencana ini terjadi. Konon Bang Kumis yang tidak menyiapkan infrastruktur yang benar pada masa dia menjadi pemimpin Jakarta.

Tetapi tidak kalah banyaknya yang menyalahkan Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI yang baru memimpin jakarta kurang dari 3 bulan ini. Menurut meraka, Jokowi dan pasangannya Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ternyata tidak mampu mengemban harapan masyarakat Jakarta untuk mengentaskan masalah klasik berupa banjir ini. Ada yang menuding gaya kepemimpinan Jokowi yang khas dengan blusukannya ini hanya pencitraan. Wacana-wacana yang digagas tidak membuahkan hasil. Buktinya, meski sudah mendekati 100 hari kepemimpinannya, banjir masih tetap mengepung separuh wilayah Jakarta.
 
Setiap orang boleh saja memberikan komentar apa, sesuai dengan kemampuan dia melihat dan menyikapi suatu keadaan. Tetapi timbul dalam hati saya sebuah pertanyaan, pantaskan kita menyalahkan pemimpin dalam bencana ini ? Lantas dengan menyalahkan, apakah persoalan akan teratasi ?

Kalau memang harus ada yang disalahkan, mustinnya warga Jakarta melihat diri sendiri dan bertanya kepada diri sendiri, apa yang sudah dilakukan oleh mereka secara individu untuk mencegah terjadinya banjir. Belum ada satu pun komentar dalam setiap berita di dunia maya yang menyalahkan diri sendiri sebagai penyebabnya, sekecil apa pun kontribusi yang diberikannya sebagai penyebab banjir ini terjadi. Belum ada sama sekali.

Mereka, penduduk Jakarta yang telah mendiami wilayah itu sejak berpuluh-puluh tahun seakan merasa bersih dari segala perilaku yang menyebabkan bencana bajir ini terjadi dan berulang terjadi. Sedangkan Jokowi yang baru memimpin kurang dari 3 bulan ditunut harus mampu menuntaskan persoalan ini, hingga tidak ada setetespun air menggenangi wilayah Jakarta. Kemana akal sehat mereka ? Seharusnya warga Jakarta mampu mendisiplinkan diri untuk berperilaku hidup bersih dan menjaga aliran-aliran sungai dari berbagai macam tindakan yang bisa membuat pendangkalan dan hambatan lain yang membuat air tidak lancar menuju laut. Bilamana hal tersebut telah dilakukan dengan benar, barulah warga boleh menyalahkan sang pemimpin.

Atau mungkin warga Jakarta menganggap Jokowi - Ahok adalah superman yang mampu mengubah wajah kota hanya dalam hitungan bulan ? Padahal seorang Jokowi harus menjalani beberapa tahapan dan mekanisme untuk membuat suatu terobosan kebijakan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan bencana tahunan ini. Ada tahap-tahap yang harus dijalani, ada ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi. Masyarakat Jakarta semestinya tahu itu. Kalau mereka menginginkan kota tempat mereka tinggal sekarang seperti Singapore, semestinya masyarakat Jakarta juga mampu meniru disiplin warga Singapore tanpa reserve.

Semestinya warga Jakarta menyadari seorang Jokowi hanya bertugas memanage atau mengelola sumber daya yang ada untuk mendukung apa yang dilakukan oleh warganya. Kalau tidak demikian, saya yakin siapapun Jokowi yang memimpin Jakarta, permasalahan banjir tidak akan pernah tuntas.
 
Tak iye ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar